Killers of the Flower Moon: Burung Hantu, Kabaret, dan Tanah-tanah Bangsa Osage yang Hilang
Ernest Burkhart hanyalah seorang supir taksi di Osage County saat pertama kali bertemu dengan gadis suku asli Amerika Barat Tengah cantik bernama Mollie Kyle. Kehidupan perang sudah lama dia tinggalkan, dan kini Ernest tidak lagi perlu menerima perintah dari siapapun. Namun, saat pamannya yang memberinya tempat bernaung, William 'King' Hale, menyuruhnya untuk jatuh cinta dengan Mollie, Ernest melakukannya dengan dedikasi tinggi.
Cinta mulai bersemi. Mollie melihat sosok Ernest layaknya hewan coyote, yaitu saudara serigala dengan ukuran tubuh lebih kecil. Mollie pernah berkelakar dengan saudari-saudarinya jika Ernest dijulukinya coyote karena tampan. Mata biru laut pria itu berhasil menyihirnya, meskipun Mollie sadar salah satu motif Ernest mendekatinya adalah tanah yang akan dia warisi dari ibunya.
Pernikahan itu tetap terwujud, membuat King Hale semakin senang dan menimbulkan getir dalam batin ibu Mollie. Persetan, pikir Mollie. Dia masih beranggapan Ernest memiliki ketulusan dan rasa cinta yang besar untuknya.
Namun pembantaian suku Osage -- suku mereka -- mulai terjadi di depan mata keluarga Kyle saat dua saudari Mollie meninggal dunia, salah satunya dengan tidak wajar. Adik Mollie, Anna Brown, memang memiliki sifat sumbu pendek dan mudah emosi. Namun, tidak ada yang berpikir untuk menghabisi nyawanya, kecuali seseorang.
Sementara itu, ada konflik dalam batin Ernest setiap kali pamannya mengajak bersekutu menyingkirkan musuh-musuh mereka, termasuk Bill Smith, suami dari saudari Mollie, Reta Smith. King Hale berulang kali mengatakan Bill dan Ernest perlu bersaing guna mendapatkan warisan tanah keluarga Kyle, salah satu kekayaan suku Osage. Saat Ernest kelimpungan mencari cara menyanggupi perintah pamannya tanpa harus mengancam nyawa istrinya, kematian aneh tanpa penyidikan terus terjadi pada suku Osage.
Dalam mewujudkan rencana-rencana pamannya, Ernest harus mengorbankan banyak penduduk Osage County agar bebas dari penjara. Dia memang bukan algojo pembunuhan-pembunuhan tersebut, tetapi otaknya menyumbang ide untuk membinasakan mereka, termasuk ketika King Hale memintanya menyewa seorang maniak dinamit untuk meledakkan rumah Reta dan Bill Smith. Keduanya tewas saat itu juga.
Kasus itu membuat Mollie meradang, dan suku Osage tidak tinggal diam. Mereka yang tidak mampu bebas bepergian karena harus meminta izin kepada orang-orang kulit putih nekat menempuh perjalanan ke Washington agar kasus-kasus tersebut diselidiki. Akhirnya, tim penyelidik datang, tetapi untuk menyelidiki kematian Bill Smith, seorang warga kulit putih Amerika Serikat.
Meski begitu, tim penyelidik menyadari ada yang salah di Osage County. Hal tersebut bersamaan saat Ernest mulai diminta meracuni Mollie dengan insulin. Mollie memang perlu mendapatkan suntikan insulin agar sembuh dari diabetesnya, tetapi Ernest bebas menyuntikkan apapun ke dalam tubuh istrinya.
Berpacu dengan waktu, penyelidik mulai mengejar ekor King Hale dan berupaya menyeretnya ke pengadilan untuk genosida sistemik suku Osage. Dalam kebingungannya, Ernest justru meminta perlindungan dari penyelidik untuk bersaksi melawan pamannya sendiri. Bantuannya sangat memudahkan penyelidik untuk menangkap King Hale, tetapi dia ditekan oleh orang-orang yang mendapatkan keuntungan dari pembantaian suku Osage tersebut.
Dan sementara kisah terus bergulir, penonton film Killers of The Flower Moon garapan Martin Scorsese dengan getir menyadari jika penderitaan Mollie Burkhart lewat patah hati dan kehilangan seluruh keluarganya akibat keserakahan orang kulit putih adalah kisah nyata. Pembantaian suku Osage merupakan sebuah sejarah kelam negara Amerika Serikat menghapus salah satu suku Osage guna menguasai tanah-tanah mereka. Tidak hanya berebut tempat tinggal, keserakahan orang-orang kulit putih, termasuk King Hale, disebabkan karena emas hitam yang dimiliki suku Osage di tanah mereka.
Bangsa Osage awalnya hidup dengan cara mereka yang unik dan berdampingan dengan alam. Saat Christopher Colombus menemukan Benua Amerika dan mulai mengajak bangsa Eropa menduduki wilayah tersebut untuk membangun negara, mereka tersingkirkan. Dalam perjalanan mereka menyingkir dari pertempuran, para suku-suku asli Amerika malah menemukan tanah-tanah kaya akan minyak. Namun, mereka tidak menggunakannya karena hidup bangsa tersebut tidak terpacu pada kapitalisme, meski begitu kekayaan di bawah tanah tersebut terendus oleh hidung-hidung serakah orang-orang kulit putih.
Bagi orang-orang kulit putih, suku Osage hanyalah sekelompok masyarakat asli yang perlu dihabisi agar tanahnya dapat dikuasai dan uang pajaknya dapat dinikmati. Namun bagi suku Osage dan bangsa asli lainnya, tanah mereka direbut dan keluarga mereka dihabisi. Nyawa mereka pun selalu terancam, sehingga mereka tidak bisa lagi merasa aman di tempat tinggal mereka sendiri.
Scorsese seakan-akan tidak ingin membuang waktu, dipilihnya para aktor dan aktris terbaik memerankan tokoh-tokoh penting adaptasi buku nonfiksi karya jurnalis AS David Grann tersebut. Mollie Burkhart diperankan oleh Lily Gladstone, Ernest Burkhart oleh Leonardo DiCaprio, sementara Robert De Niro dengan cerdas memerankan peran antagonis King Hale. Meski begitu peran singkat Brendan Fraser sebagai pengacara King Hale di pengadilan, W. S. Hamilton, tetap mencuri perhatian. Senang melihatnya kembali meramaikan perfilman Hollywood setelah memenangkan Piala Oscar untuk Pemeran Utama Pria Terbaik di tahun 2022 lewat film The Whale.
Scorsese juga memperluas kreativitas menutup film biopik sejarah lewat sebuah ironi. Kisah mengenaskan suku Osage selanjutnya dibacakan olehnya dalam kabaret mewah yang hanya mampu diakses oleh para orang kaya kulit putih di Amerika Serikat. Seakan-akan Scorsese ingin menyindir bahwa pada akhirnya nasib suku asli Amerika hanyalah menjadi hiburan bagi mereka yang memiliki uang.