The Expectations
‘Gleaming, twinkling, eyes like sinking ships on waters
So inviting, I almost jump in’
To bear loneliness is probably all I could do, and to switch between a delirium world with a cruelty lies in the everyday life is my master skill.
‘I have this thing where I get older, but just never wiser
Midnights become my afternoons
When my depression works the graveyard shift
All of the people I’ve ghosted stand there in the room’
Oh dear, lonely but just never wiser, are you a damaged good?
No, darling, you’re not.
— — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — —
Sering kali, manusia berharap banyak kepada manusia lain. Sering sekali, kita menaruh banyak ekspektasi kepada orang lain, berdoa dan yakin mereka akan memenuhi ekspektasi kita. Tua, muda, laki-laki, perempuan, pria, wanita, orang dewasa, maupun anak kecil.
Harapan adalah hal yang menyakitkan. Anak kecil berharap kepada orang tuanya untuk membelikannya mainan, atau sekedar menemaninya bermain. Namun kedua orang tuanya memilih mengabaikannya. Seorang pria berharap istrinya akan setia menemani hidupnya sampai usia senja, tetapi sang istri memilih pergi dan memulai hubungan dengan pria lain. Seorang nenek berharap cucunya akan menemani hari-hari terakhirnya, tapi mereka bahkan melupakan si nenek.
Dunia tidak lebih dari untaian harapan yang tidak terkabulkan.
Mungkin itu sebabnya kita diminta tidak berharap kepada orang lain. Mungkin itu sebabnya saat masih ragu untuk membuka hati, diingatkan untuk tidak menggantungkan harapan. Manusia dituntut untuk membuang harapan dan semata-mata bergantung pada kepasrahan atas kehendak Tuhan.
Kita memang bisa berusaha, atau berikhtiar. Namun, bahkan diri kita sendiri pun terkadang tidak dapat diharapkan bisa berusaha sebaik mungkin. Maka, dunia bukan hanya terdiri dari untaian harapan yang tidak terkabulkan, melainkan juga penuh dengan rasa pesimis yang terbuahi di dalam hati manusia sampai akhirnya berbunga dan berbuah menjadi kegagalan pahit.
Agaknya manusia lupa, saat harapan sering kali menipu dan menciptakan kekecewaan, seharusnya manusia ingat dirinya pun masih memiliki nilai yang berharga. Memang, penolakan selalu menyakitkan. Contohnya, kita hanya meminta agar kita dicintai, tapi mengapa mereka yang kita cintai menolak melakukannya? Apakah kita tidak pantas dicintai? Apakah manusia sehina itu sampai harus mengemis rasa cinta untuk merasa dirinya berharga?
Hal inilah yang sering dilupakan manusia. Penolakan bertubi-tubi membuat harapan runtuh, dan seiring dengan runtuhnya harapan, rasa rendah diri pun muncul. Ketidakberhargaan, keengganan untuk mendorong diri sendiri agar kuat kembali. Rasa-rasanya ingin menyerah dan bersembunyi dalam ruang gelap, takut ditertawakan orang lain jika lagi-lagi, kita gagal. Padahal, bukan hanya kita yang tidak berhasil. Dunia berisi buah-buah kegagalan, bukan?
‘It’s me, hi, I’m the problem, it’s me.
At tea time everybody agrees’
Kegagalan memang meruntuhkan semangat. Harapan yang tidak terlaksana itu menyakitkan, dan akhirnya kembali kita menyalahkan diri sendiri. Namun apa yang tidak pernah dikatakan adalah harga diri ikut runtuh bersama asa yang mulai redup. Seorang wanita merasa ditipu oleh mantan kekasih yang dicintainya. Selama ini, wanita itu memegang prinsip mencari sosok pria yang pintar, dewasa, dan bertanggung jawab. Akhirnya, standar-standar yang dipegangnya runtuh. Rasa kesepiannya menggelora, membuatnya mencari pasangan baru hanya untuk menghapus rasa kesepian tersebut. Apa yang terasa seperti cinta ternyata bukan cinta, hanya pengusir rasa sesal di dalam hati.
Rasa sepi itu akhirnya pergi, tapi datang lagi risiko baru yang tidak terduga, si wanita tanpa sadar mudah dimanipulasi oleh pria, tampak putus asa mencari rasa cinta hanya demi mengusir sepi. Penat memang tak lagi menjerat, tapi ancaman baru muncul, perlahan bangkit dari tidurnya. Hingga kemudian ketika pria dalam hidup si wanita itu pergi, wanita itu akan kesepian lagi, dan ritme itu akan terus berulang.
Sebagian wanita akan memilih ‘ah, lebih baik tak usah menggantungkan harapanku kepada pria,’ dan berusaha tegar untuk hidup sendiri. Namun, benarkah rasa sendiri itu memberi kedamaian? Kita semua diciptakan berjodoh, tidakkah ada rasa penasaran sedikit saja, kira-kira, siapa sebenarnya orang yang ditakdirkan untuk kita? Dan tentunya, tidaklah salah, bukan, untuk berharap kehidupan yang lebih bahagia?
So, no, you’re not a damaged good even though you’re still single and it seems like nobody wants you or loves you. You’re worth as much as other human.